Kurikulum PAI di Taman Kanak-kanak
Kurikulum di Taman Kanak-kanak merupakan seperangkat kegiatan belajar sambil bermain. Kurikulum ini direncanakan dengan baik untuk dapat dilaksanakan dalam rangka menyiapkan dan meletakkan dasar-dasar pengembangan diri anak menuju usia selanjutnya. Mengenai hakikat pengembangan kurikulum pada anak, Bennet, Finn, dan Cribb dalam Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini mengatakan bahwa pada hakikatnya sejumlah pengalaman belajar melalui kegiatan bermain dapat memperkaya pengalaman anak tentang berbagai hal, seperti cara berpikir tentang diri sendiri, tanggap pada pertanyaan, dapat memberikan argumentasi untuk mencari berbagai alternatif. Selain itu, juga dapat membantu anak dalam mengembangkan kebiasaan dari setiap karakter yang dapat dihargai oleh masyarakat serta mempersiapkan mereka untuk memasuki dunia orang dewasa yang penuh tanggung jawab.
Pendidikan usia dini merupakan kesempatan awal bagi anak untuk memperoleh Pendidikan Agama Islam. Pada usia tersebut, anak cepat menyerap informasi keagamaan sehingga dapat membentengi jiwanya dengan ajaran yang sesuai dengan norma agama. Meskipun daya serap anak sangat terbatas pada usia tersebut, namun untuk membentuk dasar aqidah dan perbuatan yang benar, haruslah dimulai sedini mungkin. Karena anak tidak jauh dari tindakan yang ada di sekelilingnya, sehingga dengan bekal dasar keagamaan, anak dapat membentengi diri dari perbuatan-perbuatan yang tercela.
Pendidikan Agama Islam sedini mungkin dapat diperoleh melalui bimbingan orangtua, guru, dan orang yang terdekat dengan anak. Pendidikan ini akan membentenginya dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Anak akan tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik melalui pendidikan agama yang ditanam dalam dirinya. Hal ini dapat ditempuh dengan membiasakan perbuatan yang baik, seperti berdoa sebelum dan sesudah makan, sebelum dan setelah tidur, masuk dan keluar kamar kecil, dan sebagainya. Di samping itu, memperkenalkan Allah Swt. secara sederhana sesuai dengan kemampuannya.
Metode pembelajaran pada tingkat anak usia dini berbeda dengan pembelajaran pada anak dewasa. Zakiah Daradjat mengatakan anak-anak bukanlah orang dewasa yang kecil. Kalau kita ingin agar agama mempunyai arti bagi mereka, hendaklah disampaikan dengan cara-cara lebih konkret dengan bahasa yang dipahaminya dan tidak bersifat dogmatik.
Ada dua hal yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum PAI di Taman Kanak-kanak, yaitu:
- a. Program kegiatan bermain diterapkan sesuai dengan kurikulum yang berpusat pada anak serta dapat mendukung kegiatan pembelajaran dan perkembangan pada setiap aspek baik estetika, kognitif, emosional, bahasa, fisik, dan sosial.
- b. Kurikulum berorientasi pada hasil dan mengaitkan berbagai konsep dan perkembangan.
Proses pengembangan kurikulum PAI di TK hendaknya mempertimbangkan beberapa hal, di antaranya:
- a. Kurikulum PAI harus berfokus pada keseluruhan perkembangan anak secara terprogram dengan mengintegrasikan semua bidang pengembangan.
- b. Guru sebagai pengembang kurikulum PAI harus memiliki pemahaman yang memadai tentang teori perkembangan dan teori belajar.
- c. Anak adalah pelajar aktif, sehingga pendekatan yang paling tepat dalam pembelajaran PAI anak TK melalui bermain.
- d. Kurikulum PAI harus merefleksikan peranan konteks sosial budaya sesuai dengan tahapan perkembangan anak.
Dengan demikian, maka pengembangan kurikulum PAI di TK tidak terlepas dari bermain dan guru harus memiliki kompetensi dalam mendidik anak TK sesuai dengan perkembangannya dan menggunakan sarana bermain dalam mengembangkan kurikulum PAI. Karena guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Pelaksanaan kurikulum di Taman Kanak-kanak secara berencana dan terstruktur bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pelaksanaan kurikulum di TK tentunya tidak terlepas dari prinsip-prinsip:
- a. Prinsip relevansi, kurikulum TK harus relevan dengan kebutuhan dan perkembangan anak secara individual.
- b. Prinsip adaptasi, kurikulum harus memperhatikan dan mengadaptasikan perubahan ilmu, teknologi, dan seni perkembangan di masyarakat termasuk juga perubahan sebagai akibat dampak psikososial.
- c. Prinsip fleksibilitas, kurikulum anak usia dini harus dapat dipahami, dipergunakan, dan dikembangkan secara kuas dan sesuai dengan keunikan dan kebutuhan anak serta kondisi di mana pendidikan itu berlangsung.
- d. Prinsip kepraktisan dan akseptabilitas, kurikulum anak usia dini harus dapat memberikan kemudahan bagi praktisi dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pendidikan pada anak usia dini.
- e. Prinsip kelayakan, kurikulum anak usia dini harus menunjukkan kelayakan dan keberpihakan pada anak usia dini.
- f. Prinsip akuntabilitas, kurikulum anak usia dini yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan anak usia dini.
Yulianti juga menguraikan pendekatan pembelajaran PAI di TK hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip, sebagai berikut:
- a. Berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
- b. Bermain sambil belajar.
- c. Selektif, kreatif, dan inovatif.
Salah satu kebutuhan perkembangan anak adalah rasa aman, oleh sebab itu pembelajaran anak harus berorientasi pada kebutuhan dan perkembangannya. Dalam pembelajaran PAI, kebutuhan dan perkembangan anak sudah mulai tumbuh karena dalam kehidupan sehari-hari anak telah melihat fenomena keislaman dan anak butuh siraman keagamaan. Hal tersebut bisa disosialisasikan dengan teman-temannya dalam belajar sambil bermain di sekolah. Bermain merupakan pendekatan awal dalam mendidik anak. Anak tidak bisa dididik secara otoriter karena akan mengganggu perkembangan jiwanya. Bermain akan menyenangkan bila diterapkan dalam pembelajaran PAI di TK sehingga anak akan mengeksplorasi apa yang telah didapatkan melalui belajar sambil bermain.
Zakiah Daradjat juga menambahkan bahwa anak pada usia pra-sekolah tertarik kepada cerita-cerita pendek seperti cerpen yang berkisah tentang peristiwa yang sering dialaminya atau dekat dengan kehidupannya, terlebih lagi cenderung akan memilih sesuatu permainan yang bertujuan mendorong anak untuk tertarik dan kagum kepada agama Islam. Melalui pendekatan tersebut, maka metode bercerita kisah-kisah bernuansa islami sangat bagus untuk memperkenalkan Pendidikan Agama Islam kepada anak, misalnya menceritakan kisah nabi Muhammad Saw. sebagai qudwah umat Islam dan nabi-nabi sebelumnya. Apalagi bila ditinjau dari segi perkembangan zaman yang menjadikan generasi jauh dari ajaran Islam, sehingga yang menjadi figur para generasi muda adalah para artis dan tokoh ternama di dunia.
Posting Komentar
Berkomentar sesuai dengan judul blog ini yah, berbagi ilmu, berbagi kebaikan, kunjungi juga otoriv tempat jual aksesoris motor dan mobil lengkap