Facebook SDK

 Analisis Rasio Keuangan

Tujuan utama dari analisis rasio keuangan adalah untuk memberikan wawasan mendalam mengenai kinerja dan kondisi finansial suatu perusahaan. Beberapa tujuan spesifik dari analisis rasio adalah sebagai berikut:

a. Membandingkan rasio keuangan antar periode waktu (Time Series Comparison).
Hal ini memungkinkan kita untuk mengevaluasi bagaimana rasio-rasio keuangan berubah seiring waktu dalam perusahaan tersebut.

b. Membandingkan rasio keuangan antar perusahaan dalam industri yang sama dan dalam periode waktu yang sama (Cross Sectional Comparison).
Dengan cara ini, kita bisa melihat bagaimana posisi finansial suatu perusahaan jika dibandingkan dengan perusahaan lain di industri yang serupa.

c. Membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio yang dianggap baik secara umum.
Sebagai contoh, rasio likuiditas yang baik umumnya lebih besar dari 100%, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam analisis keuangan perusahaan adalah mengevaluasi apakah perusahaan tersebut dapat bertahan dan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable growth). Jika perusahaan menunjukkan tanda-tanda kesulitan untuk bertahan, pengembangan lebih lanjut tidak disarankan. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam bertahan dan tumbuh, kita menggunakan Sustainable Growth Rate (SGR), yang dihitung dengan rumus berikut:

SGR=ROE×(1DividendPayoutRatio)SGR = ROE \times (1 - Dividend Payout Ratio)

Return On Equity (ROE) digunakan untuk menilai kinerja dan kemampuan manajer dalam mengelola dana yang disetor oleh pemegang saham. ROE dihitung dengan rumus:

ROE=Net IncomeShareholder’s EquityROE = \frac{\text{Net Income}}{\text{Shareholder's Equity}}

Sementara itu, Dividend Payout Ratio (DPO) mengukur proporsi keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Sisa dari keuntungan tersebut, yang tidak dibagikan sebagai dividen, dapat digunakan perusahaan untuk mendanai pengembangan usaha (growth). DPO dihitung dengan rumus:

DPO=Cash DividendsNet IncomeDPO = \frac{\text{Cash Dividends}}{\text{Net Income}}

Melalui analisis rasio ini, kita dapat mengetahui kesehatan finansial perusahaan dan memprediksi kemampuannya untuk bertumbuh dan bertahan dalam jangka panjang, yang merupakan faktor krusial dalam menentukan strategi dan keputusan keuangan yang tepat.

SUSTAINABLE GROWTH RATE FRAMEWORK FOR FINANCIAL RATIO ANALYSIS


ANALISIS RASIO KEUANGAN

A. MANAJEMEN OPERASI
Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari operasi usaha serta efisiensi operasionalnya. Alat ukurnya adalah Profitability Ratios, yang terdiri dari:

  1. Cost to Sales
    Mengukur persentase total biaya operasional terhadap penjualan. Semakin kecil persentase biaya terhadap laba, semakin efisien perusahaan dalam mengelola operasional.
  2. Gross Profit Margin
    Mengukur persentase laba kotor (gross profit) terhadap penjualan. Semakin besar nilai persentase, semakin efisien perusahaan dalam mengelola biaya bahan, tenaga kerja langsung (TK Langsung), dan overhead pabrik (FOH).
  3. Net Profit Margin
    Mengukur persentase laba bersih (net income) terhadap penjualan. Semakin besar nilai persentase, semakin efisien perusahaan dalam memperoleh laba bersih dari penjualannya.

B. MANAJEMEN ASET
Menunjukkan efisiensi pengelolaan aset oleh manajemen, yang dapat diukur melalui asset turnover, yang terdiri dari:

  1. Current Assets TO = SalesCurrent Assets\frac{\text{Sales}}{\text{Current Assets}}
  2. Working Capital TO = SalesCurrent AssetsCurrent Liabilities\frac{\text{Sales}}{\text{Current Assets} - \text{Current Liabilities}}
    Rasio ini menunjukkan berapa banyak dana yang diperoleh dari hasil penjualan yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar atau modal kerja.
  3. Accounts Receivable TO = SalesA/R\frac{\text{Sales}}{\text{A/R}}
  4. Inventory TO = COGSInventory\frac{\text{COGS}}{\text{Inventory}}
  5. Accounts Payable TO = SalesA/P\frac{\text{Sales}}{\text{A/P}}
    Rasio-rasio ini digunakan untuk mengukur produktivitas penggunaan dana dari hasil penjualan untuk membiayai Piutang Dagang (Accounts Receivable), Persediaan (Inventory), dan Hutang Dagang (Accounts Payable).
  6. Day’s Receivable = 360A/R TO\frac{360}{\text{A/R TO}}
  7. Day’s Inventory = 360Inventory TO\frac{360}{\text{Inventory TO}}
  8. Day’s Payable = 360A/P TO\frac{360}{\text{A/P TO}}
    Rasio (6) menunjukkan efisiensi dalam penagihan piutang, Rasio (7) menunjukkan waktu perputaran persediaan, dan Rasio (8) mengukur berapa hari perusahaan membayar hutang dagangnya.
  9. PP&E TO = \frac{\text{Sales}}{\text{Property, Plant & Equipment}}
    Rasio ini menunjukkan proporsi nilai hasil penjualan yang diinvestasikan dalam aktiva tetap seperti tanah, bangunan, mesin, dan peralatan produksi.

C. LEVERAGE KEUANGAN
Menunjukkan proporsi hutang yang digunakan perusahaan untuk pembiayaan usaha.

  1. Rasio Likuiditas
    Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan dana yang bersumber dari pencairan aktiva lancar. Rasio-rasio yang digunakan antara lain:
    • Current Ratio = Current AssetsCurrent Liabilities\frac{\text{Current Assets}}{\text{Current Liabilities}}
    • Quick Ratio = Cash + Short Term Investments + A/RCurrent Liabilities\frac{\text{Cash + Short Term Investments + A/R}}{\text{Current Liabilities}}
    • Cash Ratio = CashCurrent Liabilities\frac{\text{Cash}}{\text{Current Liabilities}}
    • Operating Cash Flow Ratio = Cash Flow from OperationsCurrent Liabilities\frac{\text{Cash Flow from Operations}}{\text{Current Liabilities}}
  2. Leverage Ratio
    Leverage ratio mengukur proporsi beban hutang dalam struktur permodalan perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar proporsi hutang terhadap ekuitas. Rasio-rasio yang umum digunakan adalah:
    • Liabilities to Equity Ratio = Total LiabilitiesShareholder’s Equity\frac{\text{Total Liabilities}}{\text{Shareholder's Equity}}
    • Debt to Equity Ratio = Short Term Debt + Long Term DebtShareholder’s Equity\frac{\text{Short Term Debt + Long Term Debt}}{\text{Shareholder's Equity}}
    • Debt to Capital Ratio = \frac{\text{Short Term Debt + Long Term Debt + Shareholder’s Equity}}
  3. Interest Coverage Ratio
    Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bunga pinjaman. Formula:
    EBITInterest Expense\frac{\text{EBIT}}{\text{Interest Expense}}

ANALISIS ARUS KAS
Dalam analisis arus kas, perusahaan mengklasifikasikan Total Cash Flow dalam tiga kategori:

  1. Arus Kas dari Operasi
    Dana yang diperoleh dari hasil penjualan produk, setelah dikurangi dengan biaya input dan operasional.
  2. Arus Kas dari Aktivitas Investasi
    Dana yang dikeluarkan untuk investasi atau diterima dari penjualan aktiva tetap.
  3. Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan
    Dana yang diterima atau dikeluarkan untuk pemegang saham dan kreditur.

Melalui analisis Total Cash Flow ini, dapat diketahui apakah perusahaan menjalankan fungsi pembiayaan yang sehat. Misalnya, sumber pembayaran bunga pinjaman harus berasal dari operasional perusahaan, bukan dari pinjaman. Selain itu, pembiayaan modal kerja harus bersumber dari hasil operasional dan pinjaman jangka pendek, sedangkan pembelian barang modal sebaiknya didanai dari dana sendiri dan pinjaman jangka panjang.

RENCANA BIAYA PROYEK (COST OF PROJECT)
Penyusunan Cost of Project dalam Studi Kelayakan Bisnis (SKB) umumnya mencakup estimasi biaya proyek secara rinci.


Rencana Biaya Proyek

ANALISIS PROSPEKTIF (PROSPECTIVE ANALYSIS)
Prospective Analysis digunakan untuk mengevaluasi prospek perusahaan, baik untuk perusahaan baru maupun perusahaan yang sudah ada dan tengah melakukan pengembangan. Analisis ini melibatkan dua tugas utama, yaitu:

A. Melakukan Peramalan Operasional Perusahaan (Forecasting)
B. Melakukan Estimasi Nilai Investasi (Valuation)


ANALISIS PERAMALAN (FORECASTING ANALYSIS)

SIAPA SAJA YANG MEMBUTUHKAN FORECASTS?

  • Para Manajer membutuhkan forecasts untuk merencanakan dan menentukan target perusahaan, misalnya untuk mengevaluasi kelayakan rencana pengembangan.
  • Para Analis Saham membutuhkan forecasts untuk memberikan gambaran mengenai prospek perusahaan kepada investor.
  • Para Kreditor membutuhkan forecasts untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban pengembalian pinjaman.

BAGAIMANA MENYUSUN PERAMALAN YANG BAIK?

  • Peramalan harus dibuat secara menyeluruh (comprehensive), mencakup peramalan earnings, balance sheet, dan cash flow.
  • Asumsi yang digunakan harus realistis, misalnya, jika diperkirakan ada penambahan aktiva tetap, maka harus ada kaitannya dengan pendanaan. Begitu juga jika terjadi penurunan piutang, kemungkinan nilai pinjaman jangka pendek (misalnya: Kredit Modal Kerja dari Bank) dapat berkurang karena kebutuhan modal kerja menurun.
  • Peramalan penjualan dan profitability dihitung secara accrual basis, lalu dikonversi ke dalam perhitungan peramalan cash flow dengan melakukan penyesuaian untuk pengeluaran dan penerimaan non-cash.
  • Peramalan dimulai dari penjualan, dengan realisasi penjualan tahun terakhir sebagai dasar perhitungan awal.


TAHAP-TAHAP PENYUSUNAN PERAMALAN

  1. Peramalan Penjualan (Sales Forecast)
    Tidak ada metode peramalan penjualan yang berlaku umum. Beberapa metode yang biasa digunakan adalah:

    • Metode Statistik: Menggunakan data masa lalu (past performance) untuk membuat proyeksi yang menghasilkan persamaan regresi, sebagai berikut:
      Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+...+bnXnY = a + b_1X_1 + b_2X_2 + b_3X_3 + ... + b_nX_n
      Di mana:

      • YY = nilai penjualan,
      • aa = konstanta,
      • b1...bnb_1 ... b_n = pengaruh faktor XX terhadap penjualan,
      • X1...XnX_1 ... X_n = faktor yang mempengaruhi penjualan (misalnya jumlah pesaing, pelanggan, inflasi, bunga, dll.).
        Metode ini umumnya digunakan oleh perusahaan besar, seperti manufaktur atau perusahaan jasa (pariwisata, transportasi).
    • Metode Pertumbuhan: Untuk perusahaan lebih sederhana, seperti usaha perdagangan, peramalan penjualan dilakukan dengan memperkirakan pertumbuhan tahunan (misalnya, peningkatan 5% per tahun). Perkiraan ini didasarkan pada faktor-faktor seperti peningkatan jumlah outlet, perluasan pemasaran, perubahan harga, dan kondisi ekonomi.

  2. Peramalan Biaya (Expenses)
    Peramalan biaya dilakukan secara pos per pos, karena faktor yang mempengaruhi perubahan biaya berbeda di setiap pos. Misalnya:

    • Biaya Langsung, Overhead, Umum & Administrasi berhubungan langsung dengan penjualan (prosentase terhadap sales).
    • Biaya Penyusutan terkait dengan nilai aktiva tetap dan metode penyusutan yang digunakan perusahaan.
    • Biaya Bunga bergantung pada besarnya pinjaman.
  3. Peramalan Earnings
    Peramalan earnings adalah proyeksi laba/rugi perusahaan, dihasilkan dari peramalan penjualan (Tahap 1) dikurangi estimasi biaya (Tahap 2). Nilai proyeksi laba/rugi ini digunakan sebagai dasar penyusunan proyeksi neraca.

  4. Peramalan Neraca (Balance Sheet)
    Dalam menyusun peramalan neraca, tahapannya meliputi:

    • Menyusun proyeksi kebutuhan modal kerja netto (net working capital) yang terdiri dari aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek.
    • Memperkirakan kemungkinan investasi barang modal.
    • Menyusun rencana struktur permodalan perusahaan, termasuk pembagian dividen.

Peramalan Kebutuhan Modal Kerja Netto (Net Working Capital)
Modal kerja netto adalah selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar (jangka pendek). Perhitungannya dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

  • Berdasarkan prosentase dari sales: Asumsi bahwa setiap pos modal kerja terkait dengan nilai penjualan.
  • Berdasarkan perputaran (turnover) modal kerja: Menggunakan faktor efisiensi manajemen untuk meningkatkan perputaran modal kerja.

Memperkirakan Kebutuhan Barang Modal (Capital Expenditure)
Peramalan kebutuhan barang modal didasarkan pada informasi yang diperoleh dari manajemen perusahaan mengenai rencana investasi dan strategi perusahaan.

Rencana Struktur Permodalan
Rencana struktur permodalan perusahaan (proporsi utang & ekuitas) harus sesuai dengan prinsip "pembiayaan yang sehat" dan kebijakan manajemen, termasuk kebijakan pembagian dividen.

  1. Peramalan Arus Kas (Cash Flow)
    Peramalan earnings dan neraca menghasilkan proyeksi arus kas. Dari proyeksi cash flow ini, dapat diperkirakan apakah perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, seperti pembayaran hutang dagang, bunga, angsuran pinjaman, dan lainnya.

Perencanaan pembayaran kewajiban lebih diutamakan, diikuti dengan pembayaran dividen kepada pemegang saham. Dalam analisis forecasting, perlu direncanakan penggunaan dana hasil operasional setelah pembayaran modal kerja dan bunga pinjaman, yaitu untuk:

  • Pembayaran pokok hutang atas pinjaman eksternal,
  • Ditahan atau diinvestasikan kembali (reinvested) ke perusahaan,
  • Dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen.

Pada perusahaan dengan pinjaman, sebaiknya prioritas penggunaan dana adalah untuk pembayaran pokok pinjaman, baru setelah itu dilakukan pembayaran dividen atau reinvestasi. Jika perusahaan tidak membayar dividen dan sisa dana diinvestasikan kembali, maka opportunity cost-nya adalah expected rate of return yang seharusnya diterima oleh pemegang saham jika dividen dibayarkan dan diinvestasikan pada aset finansial, seperti deposito, SBI, atau saham.

Dengan struktur analisis ini, perusahaan dapat melakukan peramalan yang lebih tepat dan mempersiapkan langkah-langkah strategis yang lebih baik, baik dalam aspek operasional, investasi, maupun keuangan, demi keberlanjutan dan pertumbuhannya di masa depan.


Post a Comment

Berkomentar sesuai dengan judul blog ini yah, berbagi ilmu, berbagi kebaikan, kunjungi juga otoriv tempat jual aksesoris motor dan mobil lengkap

Lebih baru Lebih lama