Fungsi ketiga dari SIA adalah menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Dalam siklus produksi, pemakai internal dan eksternal membutuhkan informasi biaya. Secara internal, pihak manajemen menggunakan informasi mengenai biaya untuk membuat keputusan mengenai penetapan harga dan bauran produk, selain untuk mengevaluasi kinerja. Secara eksternal, biaya harus dicocokkan dengan benar ke pendapatannya ketika menyiapkan laporan keuangan.
Dahulu, sebagian besar sistem akuntansi biaya didesain terutama untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan dan hanya memberikan sedikit perhatian untuk memenuhi kebutuhan para manajer produksi. Akibatnya, pada tahun-tahun terakhir ini, sistem biaya tradisional telah dikritik karena tidak memberikan informasi yang memadai untuk mengelola operasi produksi dalam sebuah lingkungan produksi modern. Dua kritik utama dari sistem akuntansi biaya tradisional dicerminkan dalam isu-isu yang diangkat dalam kasus pembuka bab untuk AOE: Biaya overhead dialokasikan secara tidak tepat ke produk, dan ukuran kinerja tidak secara akurat mencerminkan pengaruh otomatisasi pabrik.
Materi sebelum dan sesudahnya silahkan cek
- Tinjauan sejarah mengenai Siklus produksi
- AKTIVITAS-AKTIVITAS SIKLUS PRODUKSI pada Sistem Informasi Akuntansi
- Jenis-jenis Sistem Akuntansi Biaya dalam Sistem Informasi Akuntansi
- Tujuan, Ancaman, Dan Prosedur Pengendalian untuk siklus produksi
- Ketidakefisienan Dalam Operasi Produksi Juga Mengakibatkan Kenaikan Beban
- Kebutuhan Informasi Siklus Produksi Dan Model Data Sistem Informasi Akuntansi
- Manfaat dari sistem activity-based costing-ABC dalam Sistem Informasi Akuntansi
- Cara Membaca diagram E-R dalam Sistem Informasi Akuntansi
- Manfaat model data serta Ringkasan Dan Kesimpulan Kasus Sistem Informasi Akuntansi
Kritik 1: Alokasi yang Tidak Tepat Biaya Overhead
Sistem biaya tradisional menggunakan basis yang digerakkan volume, seperti jam tenaga kerja langsung atau jam mesin, untuk membebankan biaya overhead ke produk.
Akan tetapi, banyak biaya overhead tidak berubah secara langsung dengan perubahan volume produksi. Biaya pembelian, contohnya, berubah sejalan dengan jumlah pengiriman dari pemasok. Biaya penyetelan dan penanganan bahan baku dapat berubah tergantung dari jumlah batch yang dijalankan, bukan berdasarkan jumlah total unit yang diproduksi. Jadi, mengalokasikan jenis biaya overhead ini ke produk berdasarkan pada volume output akan melebihkan biaya produk yang dibuat dalam jumlah besar. Hal ini juga akan terlalu merendahkan biaya produk yang dibuat dalam batch kecil.
Sebagai tambahan, mengalokasikan overhead berdasarkan pada input tenaga kerja langsung dapat mendistorsi biaya antar produk. Sejalan dengan peningkatan dalam otomatisasi pabrik, jumlah tenaga kerja langsung yang digunakan dalam produksi akan menurun. Akibatnya, jumlah biaya overhead yang dibebankan per unit tenaga kerja akan meningkat secara dramatis. Hasilnya, perbedaan kecil jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan dua produk dapat mengakibatkan perbedaan yang signifikan dalam biaya produk.
Materi sebelum dan sesudahnya silahkan cek
- Tinjauan sejarah mengenai Siklus produksi
- AKTIVITAS-AKTIVITAS SIKLUS PRODUKSI pada Sistem Informasi Akuntansi
- Jenis-jenis Sistem Akuntansi Biaya dalam Sistem Informasi Akuntansi
- Tujuan, Ancaman, Dan Prosedur Pengendalian untuk siklus produksi
- Ketidakefisienan Dalam Operasi Produksi Juga Mengakibatkan Kenaikan Beban
- Kebutuhan Informasi Siklus Produksi Dan Model Data Sistem Informasi Akuntansi
- Manfaat dari sistem activity-based costing-ABC dalam Sistem Informasi Akuntansi
- Cara Membaca diagram E-R dalam Sistem Informasi Akuntansi
- Manfaat model data serta Ringkasan Dan Kesimpulan Kasus Sistem Informasi Akuntansi
Pemecahan untuk Kritik 1: Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas
Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity-based costing-ABC) dapat memperbaiki dan meningkatkan alokasi biaya di bawah sistem biaya berdasarkan proses dan pesanan. Perhitungan ini mencoba untuk menelusuri biaya ke berbagai aktivitas yang menimbulkannya, seperti penghalusan dan pelapisan, dan secara berurutan hanya mengalokasikan biaya-biaya tersebut ke produk atau departemen. Tujuan yang mendasari perhitungan biaya berdasarkan aktivitas adalah untuk menghubungkan biaya ke strategi perusahaan. Strategi perusahaan menghasilkan keputusan tentang barang dan jasa apa yang akan dibuat. Aktivitas harus dilakukan untuk nenghasilkan barang dan jasa ini, yang selanjutnya akan menimbulkan biaya. Jadi, strategi perusahaan menentukan biaya. Oleh karenanya, dengan mengukur biaya aktivitas dasar, seperti penanganan bahan baku atau pemrosesan pesanan pembelian, ABC dapat memberikan informasi pada pihak manajemen untuk mengevaluasi konsekuensi keputusan strategisnya.
Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas vs sistem biaya tradisional
Berikut ini adalah tiga perbedaan utama antara ABC dan pendekatan tradisional ke perhitungan biaya produk:
- Sistem ABC mencoba untuk secara langsung menelusuri lebih banyak biaya overhead ke produk. Kemajuan dalam TI membuat hal ini memungkinkan. Contohnya, pemberian kode garis memfasilitasi penelusuran berbagai bahan yang digunakan dalam setiap produk atau tahapan proses. Ketika mengimplementasikan sistem ABC, para akuntan mengamati operasi produksi dan mewawancarai para pekerja pabrik dan supervisor untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana biaya berhubungan dengan produksi.
- Sistem ABC menggunakan lebih banyak pool biaya untuk mengakumulasi biaya tidak langsung (overhead pabrik). Sementara sebagian besar sistem biaya tradisional menyatukan semua biaya overhead menjadi satu, sistem ABC membedakan overhead ke dalam tiga kategori terpisah:
- Overhead yang berhubungan dengan batch. Contoh meliputi biaya penyetelan, pemeriksaan dan penanganan bahan baku. Sistem ABC mengakumulasi biayabiaya ini untuk satu batch dan kemudian mengalokasikannya ke unit yang diproduksi dalam batch tersebut. Jadi, produk yang dihasilkan dalam jumlah besar akan memiliki biaya overhead yang terkait dengan batch, lebih rendah untuk per unitnya daripada produk yang dihasilkan dalam jumlah kecil.
- Overhead yang berhubungan dengan produk. Biaya-biaya ini dihubungkan ke berbagai lini produk perusahaan. Contoh-contohnya meliputi penelitian dan pengembangan, pelepasan, pengiriman dan penerimaan, peraturan lingkungan,serta pembelian. Sistem ABC mencoba untuk menghubungkan biaya-biaya ini ke produk tertentu jika memungkinkan. Contohnya, apabila sebuah perusahaan memproduksi tiga lini produk, salah satunya menghasilkan limbah berbahaya, sistem ABC akan membebankan semua biaya yang sesuai dengan peraturan lingkungan hanya ke satu rangkai produk tersebut. Biaya-biaya lainnya, seperti pembelian bahan baku, dapat dialokasikan antar produk berdasarkan jumlah relatif pesanan pembelian yang dibutuhkan untuk membuat setiap produk.
- Overhead keseluruhan pabrik. Kategori ini meliputi biaya-biaya seperti sewa atau depresiasi. Biaya-biaya ini berlaku untuk semua produk. Jadi, sistem ABC biasanya mengalokasikan biaya dengan menggunakan tarif departemen atau pabrik. - Sistem ABC mencoba untuk merasionalisasikan alokasi overhead ke produk dengan mengidentifikasi penggerak biaya. Penggerak biaya adalah apa pun yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan biaya. Contohnya, jumlah pesanan pembelian yang diproses adalah salah satu penggerak biaya dari biaya bagian pembelian; yaitu biaya total pemrosesan pesanan pembelian ( contohnya, gaji bagian pembelian, perangko ), dapat sangat berbeda sejalan dengan jumlah pesanan pembelian yang diproses.
Seperti dalam contoh ini, penggerak biaya dalam sistem ABC sering kali merupakan variabel nonkeuangan. Sebaliknya, sistem perhitungan biaya tradisional sering kali menggunakan variabel keuangan, seperti nilai uang pembelian, sebagai dasar untuk mengalokasikan overhead pabrik.
Posting Komentar
Berkomentar sesuai dengan judul blog ini yah, berbagi ilmu, berbagi kebaikan, kunjungi juga otoriv tempat jual aksesoris motor dan mobil lengkap